Penjualan Tesla Anjlok 13 Persen di Awal 2025, Saham Sempat Menguat Meski Dikepung Masalah
Suara Kalbar – Tesla mencatat penurunan penjualan sebesar 13 persen pada kuartal I 2025, dengan total pengiriman kendaraan hanya mencapai 336.681 unit, jauh di bawah ekspektasi analis.
Dilansir dari Beritasatu.com, Sabtu(5/4/2025), angka ini turun signifikan dibandingkan periode yang sama tahun lalu, saat Tesla mampu mengirimkan 386.810 unit kendaraan.
Tak hanya menurun, pencapaian tersebut juga gagal memenuhi prediksi pasar yang sebelumnya memperkirakan pengiriman akan mencapai sekitar 372.410 unit.
Penurunan penjualan Tesla disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk lini produk Tesla yang mulai usang serta citra publik Elon Musk yang memicu kontroversi di Amerika Serikat (AS) dan Eropa.
Dukungan Musk terhadap kelompok politik sayap kanan di Jerman dan negara-negara lain, serta keterlibatannya dalam pemangkasan subsidi federal AS, telah menimbulkan gelombang protes dan aksi vandalisme yang menyasar kendaraan serta diler Tesla.
Bahkan, sejumlah pemilik kendaraan Tesla memilih menjual mobil mereka untuk menjauh dari asosiasi dengan figur Musk.
Menariknya, meskipun saham Tesla sempat melemah di perdagangan prapasar pada Rabu (2/4/2025), situasi berubah saat bursa dibuka, dengan harga saham justru menguat dan diperdagangkan di level 281,50.
Analis dari Wedbush Securities Dan Ives menyebut, capaian penjualan Tesla ini sebagai bencana dalam segala aspek, mengingat hasilnya bahkan lebih buruk dari proyeksi sebelumnya. Namun, pasar tampaknya merespons dengan cara yang tak terduga.
Meskipun Tesla menargetkan pertumbuhan penjualan sebesar 20 hingga 30 persen pada 2025, sejumlah pihak menilai target tersebut kurang realistis.
Perusahaan memang berencana meluncurkan mobil dengan harga yang lebih terjangkau di akhir tahun, tetapi rincian mengenai produk tersebut masih belum jelas.
Di sisi lain, pesaing kuat dari Tiongkok, BYD, kini telah melampaui Tesla sebagai pemimpin pasar kendaraan listrik global. Data dari Counterpoint Research menunjukkan bahwa BYD menguasai pangsa pasar sebesar 15,7 persen, sementara Tesla berada di angka 15,3 persen.
Penjualan Tesla juga mengalami tren penurunan di pasar utama Eropa, seperti Prancis dan Swedia, dengan penurunan terjadi selama tiga bulan berturut-turut.
Investor berharap pembaruan Model Y dan adanya insentif baru dapat membantu mengangkat kembali permintaan, serta mengimbangi tekanan dari kompetitor seperti BYD, Volkswagen, dan BMW.
Sementara itu, peluncuran Cybertruck di akhir 2023 belum berhasil memenuhi harapan pasar. Beberapa unit awal mengalami masalah kualitas, bahkan hampir seluruh unit ditarik kembali karena isu panel.
Faktor lain yang turut memengaruhi prospek bisnis Tesla adalah kebijakan tarif baru terhadap kendaraan impor. Tesla telah memperkirakan bahwa dampak biaya dari kebijakan ini bisa sangat besar.
Perusahaan juga mewaspadai kemungkinan adanya tarif balasan dari negara lain, yang membuat prospek industri otomotif global tahun ini tampak suram dan penjualan Tesla mungkin akan terkena dampaknya lebih besar dibandingkan para pesaingnya.
Sumber: Beritasatu.com
Ikuti saluran Suarakalbar.co.id di WhatsApp: https://whatsapp.com/channel/0029VaslsRVGE56oUp8gP92S
Join channel telegram websitekami.com agar tidak ketinggalan berita loker terbaru lainnya
Join now





