SUARAKALBAR.CO.ID
Beranda Nasional Hari Bahasa Ibu Internasional, Bahasa Ibu Jadi Bahasa Transisi 

Hari Bahasa Ibu Internasional, Bahasa Ibu Jadi Bahasa Transisi 

Tangkapan layar. Wicara Peringatan Hari Bahasa Ibu Internasional 2025 dalam rangka perayaan Hari Bahasa Ibu Internasional, yang digelar Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. SUARAKALBAR.CO.ID/Ist

Suara Kalbar– Kepala Pusat Standar dan Kebijakan Pendidikan, Kemendikdasmen, Irsyad Zamjani memaparkan manfaat penggunaan bahasa ibu sebagai bahasa transisi pembelajaran di kelas awal SD.

Ia menuturkan pembelajaran dengan menggunakan bahasa ibu berhasil meningkatkan partisipasi siswa baik terkait kehadiran maupun keaktifan mereka di kelas (PSKP, 2021).

Selain itu, Ia juga memaparkan bahwa siswa yang menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa ibu mendapat skor capaian literasi lebih tinggi daripada siswa dengan ” bahasa daerah sebagai bahasa ibu (INOVASI, 2019).

Hal ini disampaikannya dalam kegiatan gelar wicara Peringatan Hari Bahasa Ibu Internasional 2025 dalam rangka perayaan Hari Bahasa Ibu Internasional, yang digelar Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. Kegiatan ini bertujuan untuk menggali peran penting bahasa daerah dalam mewujudkan pendidikan bermutu untuk semua.

Lebih lanjut, Irsyad menjelaskan bahwa terdapat beberapa isu yang menyebabkan capaian literasi siswa berbahasa ibu bahasa daerah lebih rendah dibandingkan siswa berbahasa Indonesia. Beberapa isu itu di antaranya buku teks siswa yang seluruhnya berbahasa Indonesia, hampir seluruh buku bacaan dan referensi lainnya menggunakan bahasa Indonesia. Hanya sedikit siswa yang berbahasa ibu bahasa daerah terampil bahasa Indonesia. Mereka hanya menggunakan bahasa Indonesia di sekolah dan kembali berbahasa daerah di rumahnya. Sedikit guru yang memahami bahasa ibu peserta didik. Belum adanya pemetaan data wilayah bahasa secara komprehensif yang mampu membantu pemerintah daerah untuk memetakan kebutuhan peserta didik dalam pembelajaran.

“Meskipun penggunaan bahasa ibu memiliki peran penting dalam memperkuat pemahaman siswa, namun pada daerah multikultur Bahasa Indonesia tetap perlu digunakan. Pada siswa yang berbahasa ibu dengan bahasa daerah dan cakap berbahasa Indonesia, mereka tetap dapat mencapai hasil belajar sesuai yang diharapkan, ” jelasnya dikutip dari YouTube Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Selasa (25/2/2025).

Sementara itu, Ia menyebut ada beberapa tantangan pembelajaran berbasis bahasa ibu di sekolah seperti tingginya variasi bahasa dan dialek dalam bahasa daerah. Terbatasnya guru yang memiliki bahasa yang sama dengan siswa penutur bahasa daerah.

Dilema penentuan bahasa daerah pada sekolah/kelas multikultur. Rendahnya ketersediaan materi ajar dengan yang menggunakan bahasa daerah. Sulitnya mengembangkan bahasa ajar dalam bahasa ibu, selain kurang SDM penerjemah, terkadang terdapat sejumlah istilah yang tidak memiliki padanan dalam bahasa daerah. Kurangnya dukungan dari pemerintah setempat karena dianggap kurang prioritas dibandingkan dengan isu politis lainnya.

Adapun rekomendasi yang disampaikan Irsyad di antaranya untuk pemerintah pusat yakni merumuskan kerangka regulasi sebagai acuan daerah menyusun kebijakan pembelajaran sesuai konteks lokal. Menyediakan panduan penyusunan atau penerjemahan bahan ajar Mmultilngual untuk pemerintah daerah. Mempersiapkan/memberdayakan guru dengan keterampilan Gwibahasa/multibahasa. Mendorong LPTK agar membekali mahasiswa calon guru kemampuan mengajar dwi/multi-bahasa agar siap Jka dibutuhkan dalam pembelajaran.

Untuk pemerintah daerah bisa menerbitkan pedoman dan referensi praktik baik penggunaan bahasa ibu dalam pembelajaran. Memfasilitasi penyediaan sumbersumber belajar berbahasa ibu yang dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran. Menyelenggarakan peningkatan keterampilan mengajar guru sesuai konteks lokal. Bekerja sama dengan PT atau Balai dan Kantor Bahasa untuk riset pengembangan ortografi bagi bahasa daerah yang belum punya simbol tulis agar dapat digunakan mendukung pembelajaran.

Sedangkan untuk pihak sekolah, bisa mempertimbangkan penempatan guru kelas awal sesuai dengan kemampuan guru menggunakan bahasa daerah. Mendampingi guru untuk melakukan asesmen awal terkait pemetaan penggunaan bahasa ibu di kelas awal. Memastikan pembelajaran berpihak pada murid dengan mempertimbang kemampuan bahasa murid di kelas awal. Menyusun kebijakan penggunaan bahasa Indonesia secara bertahap di kelas awal.

Penulis: Tim/Rilis

IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Join channel telegram websitekami.com agar tidak ketinggalan berita loker terbaru lainnya

Join now
Komentar
Bagikan:

Iklan