SUARAKALBAR.CO.ID
Beranda News Headline Kontroversi Pemilihan Ketua Jurusan di Untan, Terlibat Skandal Manipulasi Pihak Kampus Bungkam?

Kontroversi Pemilihan Ketua Jurusan di Untan, Terlibat Skandal Manipulasi Pihak Kampus Bungkam?

Universitas Tanjungpura, Pontianak, Kalimantan Barat. (untan.ac.id)

Pontianak (Suara Kalbar) – Dugaan kasus manipulasi nilai di Universitas Tanjungpura  semakin memanas usai beberapa waktu lalu pihak kampus mengadakan pemilihan Ketua Jurusan Sosiologi dan Koordinator Program Studi Pembangunan Sosial di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) pada 6 November 2024 lalu.

Hal ini menuai kontroversi setelah salah satu kandidatnya yaitu Dr. E diketahui turut diajukan dalam pemilihan tersebut. Dr. E sendiri merupakan seorang yang diduga terlibat dalam kasus manipulasi data akademik Sistem Informasi Akademik (SIAKAD) terhadap seorang mahasiswa magister berinisial YL.

Mengejutkannya lagi, berdasarkan data yang dihimpun oleh SuaraKalbar.co.id, Dr. E bahkan berhasil terpilih menjadi Kepala Jurusan Sosiologi. Pemilihan ini berdasarkan hasil voting dari dosen Sosiologi sebanyak 34 suara dengan jumlah 17 suara memilih Dr. E, 16 suara memilih Dr. I dan satu suara tidak sah.

Seorang dosen senior Sosiologi, Adi Suryadi menyebutkan dari awal dipilihnya kandidat dari Calon Ketua Jurusan Sosiologi memang tidak memiliki persyaratan tertentu.

“Say netral saja. Sebenarnya tidak salah beliau mencalonkan diri, karena dari prosedur ketentuan yang mengatur soal pemilihan tersebut, tidak ada ketentuan bahwa calon yang akan naik itu harus tidak terlibat kasus apapun, tidak ada larangan,” ujar Adi saat ditemui langsung oleh SuaraKalbar.co.id pada Senin (11/11/2024) malam.

Meskipun demikian, Adi menyayangkan tindakan pihak kampus yang diduga tidak mendesak segera diungkapnya mengenai hasil investigasi dari kasus manipulasi nilai tersebut.

“Ini sudah beberapa bulan kasus ini. Harusnya pihak Universitas mendesak itu untuk menuntaskan kasus ini,” tegasnya.

Meskipun kasus tersebut diduga telah dialihkan kuasa penyelidikan ke pihak Dirjendikti. Adi tidak segan menyebutkan adanya dugaan pihak Universitas yang lepas tangan.

“Ini kalau belum diambil keputusan sampai saat ini, ini kan akibatnya menimbulkan spekulasi dari masyarakat. Jadi polemik. Sementara pihak Untan dan pihak fakultas ini saya lihat selama ini tidak transparan.

Selain itu, Adi turut menyayangkan pihak dosen yang memberikan suara kepada terduga Dr. E yang dinilai masih dalam proses permasalahan namun tetap mendapatkan suara.

“Kalau dosen-dosen ini kan harusnya mandiri juga. Dia punya kebebasan untuk memilih. Kalau dia tahu Calon Ketua Jurusan ini bermasalah, dosen-dosen kan harusnya bisa berpikir,” ujarnya.

Menurut Adi, pihak Universitas harusnya memiliki aturan dasar yang terdiri dari tiga unsur yaitu, etika, intelektual dan elektabilitas. Edi sendiri menekankan kurangnya point etika dalam pemilihan Ketua Jurusan tersebut.

“Etika ini harus menjadi persoalan yang pertama. Kalau mau jadi pejabat di Universitas, penuhi dulu unsur elektabilitasnya. Secara moral dan etika kalau bermasalah, janganlah menjadi calon. Nampaknya ini harus dibuat aturan,” terangnya.

Meski demikian, Adi menyebutkan akan tetap menghargai proses pemilihan yang telah berjalan walaupun terdapat sedikit rasa kekecewaan.

“Kita apresiasi proses itu. Tapi kalau soal kasus-kasus yang terkait sebelumnya saya sendiri agak kecewa juga. Sebagai orang yang menjadi bagian dari universitas itu dan orang yang sudah lama di situ sebenarnya muka kita ini mau ditaruh dimana,” ujarnya.

Selain itu Adi berharap ke depannya proses pemilihan dapat dilakukan secara musyawarah oleh program studi masing-masing bukan dipilih oleh dosen.

Serupa dengan harapan Adi, seorang mahasiswa Sosiologi FISIP Untan, Mawar (nama samaran), berharap ke depannya proses pemilihan dapat dilakukan oleh pihak mahasiswa bukan dari pejabat universitas.

“Kita menyayangkan para pemilihnya sih, kenapa harus dosen yang memilih? Padahal kan kita mahasiswa yang akan merasakan kepemimpinan Ketua Jurusan ke depan. Harusnya mahasiswa dilibatkan juga,” ujar Mawar.

Mawar sendiri menyebutkan dilingkup kampus terkhususnya prodi Sosiologi, sosok Dr. E dinilai bukan merupakan tipikal yang senang merepotkan mahasiswa sehingga sejumlah mahasiswa dinilai tidak terlalu terpengaruh dengan kasus yang menimpa Dr. E.

“Untuk saya, yang bisa setiap ke kampus ketemu beliau, orangnya baik sih. Tidak menyulitkan mahasiswa. Mungkin itu juga yang membuat citra beliau tidak terlalu buruk di mata kami mahasiswa Sosiologi,” terangnya.

Hal ini lantas membuat Mawar menyebutkan tidak masalah jika Dr. E ke depannya kembali menjadi Ketua Jurusan. Namun dirinya menyayangkan pihak Universitas yang dinilai lama mengambil tindakan bahkan terindikasi menutupi kasus.

“Ini kabar terakhir yang kami dapat pihak UNTAN bikin tim investigasi khusus untuk kasus tersebut. Tapi setelah itu kami gak tahu juga kabarnya kayak gimana. Ini kesannya kayak ditutup-tutupi padahal kalau tidak ada masalah harusnya diinformasikan saja ke publik. Kalau seperti ini kan malah mencurigakan dan bisa jadi memang benar kasu itu,” ujar Mawar.

Hingga liputan ini ditulis, SuaraKalbar.co.id telah berusaha menghubungi sejumlah pejabat Universitas yaitu Rektor Untan, Prof. Dr. Garuda Wiko dan Dekan FISIP Untan, Dr. Herlan, namun tidak mendapatkan jawaban terkait kasus tersebut.

Penulis: Ria

IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Join channel telegram websitekami.com agar tidak ketinggalan berita loker terbaru lainnya

Join now
Komentar
Bagikan:

Iklan