SUARAKALBAR.CO.ID
Beranda Lifestyle Bincang Seru Tentang Zine di Pontianak, Media Kreativitas Tanpa Batas

Bincang Seru Tentang Zine di Pontianak, Media Kreativitas Tanpa Batas

Suasana diskusi bincang dan geliat zine yang berlangsung pada senin (18/11/2024). [SUARAKALBAR.CO.ID/Meriyanti Rahmah]

Pontianak (Suara Kalbar) –Diskusi bertajuk “Bincang dan Geliat Zine” berlangsung di Kopi Stelsel, Jalan Nusa Indah, Pontianak, pada Senin (18/11/2024). Kegiatan ini menghadirkan Ule, seorang pegiat zine asal Balikpapan, sebagai narasumber utama. Selain sebagai ajang silaturahmi, diskusi ini membahas perkembangan zine, khususnya di Kalimantan Timur.

Acara yang dihadiri sekitar 40 peserta ini berlangsung hangat dengan nuansa kekeluargaan. Para peserta, termasuk yang membawa anak-anak, tampak antusias mengikuti diskusi. Selain itu, tersedia lapak baca yang memamerkan berbagai karya zine yang telah diterbitkan.

Diskusi dibagi menjadi dua sesi. Sesi pertama mengangkat tema “Apa itu Zine?”, dengan suasana yang santai dan interaktif. Aziz, salah satu peserta, menjelaskan bahwa zine adalah media alternatif untuk menyampaikan ide tanpa batas.

“Zine adalah media yang digunakan untuk menyampaikan ide, dan ide tersebut tidak hanya terbatas pada tulisan, tapi juga visual art. Karena dengan zine, kita bebas membuat apa pun,” ujarnya.

Sementara itu, Elsa, peserta lain, mengungkapkan bahwa zine adalah media untuk refleksi diri.
“Kalau saya berencana membuat zine, saya akan membuatnya sesuai dengan apa yang ingin saya sampaikan—keresahan saya. Karena itu, saya berencana membuat zine dengan nama anonim. Menurut saya, zine bisa menjadi salah satu media refleksi diri,” tambah Elsa.

Selama satu jam pertama, diskusi menyimpulkan bahwa zine adalah media bebas yang tidak hanya berisi tulisan, tetapi juga visual art. Moderator diskusi, Yazid, menjaga suasana tetap ringan sehingga peserta merasa nyaman menyampaikan pendapat.

Setelah istirahat sejenak, sesi kedua berlanjut dengan berbagi pengalaman bersama Ule. Sebagai seseorang yang sudah lama terlibat dalam aktivitas zine, Ule menjelaskan bahwa zine di Kalimantan Timur masih terus eksis dan berkembang. Ia menceritakan bahwa zine di Kalimantan Timur awalnya tumbuh dari aktivitas musik underground, yang kemudian berkembang ke berbagai aktivitas lain.

Ada satu hal menarik yang diungkapkan Ule. Ia mengatakan bahwa pada awalnya, zine sering dijadikan cenderamata oleh komunitas zine.
“Dulu, zine sering jadi cenderamata atau suvenir. Misalnya, ada teman dari Samarinda main ke Balikpapan, mereka kasih zine buatan mereka. Kalau kita main ke Samarinda, kita juga kasih zine kita. Dari situ, kita jadi terhubung dan menjalin pertemanan,” ungkap Ule.

Selain menjadi media komunikasi, zine juga kerap menjadi sumber informasi yang pada masa itu sulit diakses, terutama sebelum internet mudah digunakan.

Lalu, bagaimana perkembangan dan relevansi zine saat ini? Ule dan Adiman, moderator sesi kedua, menjelaskan bahwa zine tetap relevan karena mampu bertransformasi mengikuti zaman.

“Zine itu bertransformasi dengan zaman. Bahkan, teman saya ada yang sekarang bikin zine dengan format audio. Sebelum populer podcast atau vlog, dulu sudah ada audio zine dan video zine. Jadi, zine itu tetap selalu berkembang,” jelas Ule.

Adiman menambahkan, “Zine itu ide dan aktivitas. Justru dengan kemudahan teknologi dan akses internet sekarang, kita bisa semakin mudah mendistribusikan zine, misalnya melalui Google Drive atau PDF.”

Dengan semangat yang diusung oleh komunitas zine, diharapkan media ini tetap hidup sebagai ruang kreativitas dan kebebasan berekspresi di era modern.

Penulis: Meriyanti Rahmah

IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Join channel telegram websitekami.com agar tidak ketinggalan berita loker terbaru lainnya

Join now
Komentar
Bagikan:

Iklan