Bahaya Rokok Elektrik, Potensi Kanker Paru pada Perokok Pasif
Jakarta (Suara Kalbar)- Bahaya asap rokok tidak hanya membayangi perokok aktif, tetapi juga menimpa perokok pasif atau orang yang terpapar asap rokok di sekitarnya.
Penelitian menyebutkan bahwa paparan jangka panjang terhadap zat-zat karsinogenik dalam asap rokok dapat meningkatkan risiko terkena kanker paru, baik dari rokok konvensional maupun rokok elektrik (vape).
Dokter spesialis paru dari RS Siloam Lippo Village, Prof. Dr. Allen Widysanto, menegaskan bahwa rokok elektrik juga memiliki potensi bahaya yang serupa dengan rokok konvensional.
Kedua jenis rokok ini mengandung nikotin, bahan karsinogen, dan zat toksik lainnya yang dapat menyebabkan iritasi, peradangan, serta meningkatkan risiko penyakit jantung, pembuluh darah, dan kanker.
“Mungkin selama ini banyak yang berpikir rokok elektrik itu lebih aman daripada rokok konvensional. Padahal faktanya tidak demikian, karena vape bisa membuat paru-paru si konsumen robek atau bocor yang bisa mengancam keselamatan jiwanya sendiri termasuk orang di sekitarnya,” katanya melansir dari Beritasatu.com, Minggu(4/2/2024).
Ditegaskan, rokok elektrik juga mengandung bahan adiktif yang berbahaya layaknya rokok konvensional. Bahan-bahan tersebut tak lain nikotin, bahan karsinogen, serta bahan toksik lainnya yang bersifat iritatif dan dapat memicu peradangan atau induksi inflamasi.
“Keduanya mengandung partikel halus yang merangsang terjadinya inflamasi,” jelasnya.
Menurutnya, pada bagian asap maupun uap asap mengandung zat-zat kecil atau partikel halus yang disebut dengan partikular dapat merangsang terjadinya iritasi dengan induksi peradangan.
Oleh karenanya, hal ini bisa menimbulkan bahaya pada jantung, pembuluh darah, imunitas dan risiko kanker. Selain itu, risiko berbagai penyakit paru seperti asma, penyakit obstruktif kronis (PPOK) dan pneumonia.
Umumnya, lanjut dia, gejala kanker paru dapat bervariasi dan sering kali tidak muncul pada tahap awal penyakit. Beberapa gejala yang dapat muncul termasuk batuk persisten, sesak napas, nyeri dada, kehilangan berat badan yang tidak dapat dijelaskan, hingga batuk berdarah.
Menurutnya, ada beberapa langkah preventif yang bisa dilakukan individu untuk mencegah kanker paru, antara lain berhenti merokok, menghindari paparan asap rokok pasif, menghindari paparan zat karsinogenik, menjalani pola hidup sehat, dan melakukan skrining paru secara rutin, terutama untuk mereka yang punya riwayat keluarga dengan kanker paru atau berisiko tinggi.
“Namun, pemeriksaan rutin dan skrining sangat dianjurkan bagi individu dengan risiko tinggi. Ini sangat penting untuk mendeteksi kanker paru pada tahap awal, sehingga dapat meningkatkan peluang kesembuhan,” ucap dr Allen.
Diakui, tes pencitraan seperti CT scan dan biopsi jaringan paru sering digunakan untuk mengonfirmasi diagnosis. Selain itu, deteksi dini kanker paru memainkan peran penting dalam prognosis dan keberhasilan pengobatan. Apabila ditemukan ada bayangan di paru atau, seperti batu sebesar setengah cm, pasien sudah mengidap kanker paru stadium satu.
“Namun demikian, kanker paru masih bisa diobati dengan beberapa metode, seperti tindakan bedah, radioterapi, kemoterapi, dan terapi target. Terapi imunologi juga telah menjadi sorotan baru dalam mengatasi kanker paru, membuka pintu untuk pendekatan yang lebih spesifik dan berdampak lebih besar,” ungkapnya.
Dokter menjelaskan, bahwa setiap kasus kanker paru dapat berbeda dan penanganannya harus disesuaikan dengan karakteristik khusus dari jenis kanker paru dan kondisi kesehatan pasien.
Sementara untuk keputusan mengenai penanganannya, harus dibuat berdasarkan diskusi yang mendalam antara pasien dan tim perawatan kesehatan.
IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Join channel telegram websitekami.com agar tidak ketinggalan berita loker terbaru lainnya
Join now