Opini  

Pentingnya Kecerdasan Emosional dan Spritual Bagi Kepemimpinan Publik

Oleh: Sulaiman,S.Sos.,M.Si

Sumber   daya  manusia (SDM)   memiliki   peran  penting  dalam  menentukan keberhasilan  dan pencapaian tujuan sebuah negara, maka sumber daya selalu dituntut untuk mampu meningkatkan produktivitas demi kelangsungan dan peningkatan kualitas sebuah negara. Pendidikan yang baik merupakan perencanaan  yang sistematis membentuk  watak dan karakter anak bangsa yang memiliki landasan agama dalam keyakinan dan memiliki budaya bangsa  yang menjadi ciri  khas  bangsa  Indonesia  yaitu Bineka Tunggal  Ika. Warisan budaya yang tersebar di seluruh penjuru  nusantara harus dilestarikan sebagai kekhasan  budaya bangsa Indonesia.  Pendidikan  juga merupakan  salah satu motor pembangunan  nasional guna meningkatkan  taraf hidup suatu negara  dan selayaknya pendidikan mendapat perhatian dari semua pihak.

Selanjutnya disamping pendidikan, kecerdasan dalam emosional juga sangat berpengaruh terhadap keberhasilan sebuah negara. Kecerdasan emosional menunjukkan berbagai tujuan dalam perhubungan antara manusia dan ianya memainkan peranan  penting dalam aspek kepemimpinan. Pemimpin yang mempunyai emosi yang positif dapat mempengaruhi keberhasilan dalam kepemimpinan. Emosi yang positif akan  mendorong  kepada  pemprosesan  informasi  yang  sistematik  dan  berhati-hati  dan  akan memberi kelebihan sekiranya seseorang pemimpin berhadapan dengan masalah yang kompleks dan berisiko tinggi.

Kecerdasan    emosi (emotional    intelligence    atau    EI)    merujuk    kepada    kemampuan memahami     emosi,     menyelaminya,     dan     membina     hubungan     bagi     meningkatkan pengetahuan  dalam  memahami  emosi  diri  dan  orang  lain. Menurut Goleman (1995), EI juga dikaitkan dengan pengalaman tertentu yang diperolehi dalam membentuk trait yang positif atau negatif. EI dapat dibahagikan kepada empat aspek. Pertama, Penilaian dan ekspresi emosi. Kedua, Emosi dan proses membuat keputusan. Ketiga, Pengetahuan mengenai emosi. Keempat, Pengurusan emosi. Oleh   itu,   pemimpin perlu   menguasai   empat   dimensi   kecerdasan   emosi tersebut dan memastikan mereka berada dalam keadaan yang baik. Penilaian   dan   ekspresi   emosi   memberi   kesan   kepada   kepemimpinan dan masyarakat.    Dengan   lebih   tepat   lagi,   penilaian   emosi   akan   membantu meningkatkan    input    emosi    dalam    membuat    keputusan    dan    pengadilan    di    dalam tindakan strategis.   Emosi   yang   tepat   akan   memastikan   seseorang   pemimpin  mampu berkomunikasi secara efektif dalam usaha untuk mencapai keberhasilan bangsa dan negara, namun sebaliknya emosi yang tidak baik akan merusak tatanan dan kehancuran sebuah negara.

Emosi dan Proses Membuat Keputusan

Pemahaman yang baik mengenai emosi diri akan dapat membantu pemimpin  dalam  membuat  keputusan  yang  lebih  tepat. Pemimpin yang mempunyai kompetensi emosi yang baik akan dapat menggunakan pengetahuan tersebut untuk membuat perancangan yang 1ebih efektif dan seterusnya akan dapat meningkatkan kesan positif bagi sebuah negara. Pemimpin yang berada dalam emosi yang positif akan dapat membuat perancangan dan keputusan dengan 1ebih baik.

Kecerdasan emosi bukan saja mengenai pengurusan perasaan sendiri, tetapi seseorang pemimpin  itu  perlu  mengurus  emosinya  dan  emosi  orang  lain.  Keadaan  ini  membolehkan seseorang pemimpin lebih berhati-hati dalam hubungannya dengan orang lain. lni sudah tentu dapat  menjamin  hubungan  interpersonal  yang  merupakan  alat  penting  untuk  mempengaruhi aspek-aspek sosial atau organisasi.

Kecerdasan emosional merupakan kapabilitas dalam mengelola respon dan emosi kita ketika berhubungan  dengan orang lain, situasi, problem interaksi, dan kondisi stress, sehingga mendapatkan hasil yang efektif atau pemahaman kita terhadap orang lain sehingga kita dapat mengelola semua situasi dan bisa berinteraksi dengan cara win-win. Kecerdasan emosi menuntut  penilikan perasaan,  untuk belajar mengakui, menghargai perasaan  pada  diri  dan  orang  lain serta menanggapinya dengan tepat, menerapkan secara efektif energi emosi dalam kehidupan sehari-hari. Terkait dengan kecerdasan emosi dalam bertindak, seseorang akan tahu menempatkan diri dalam lingkungan sosial, mengerti bagaimana harus bertindak dalam kehidupan sehari- hari.

Komponen Kecerdasan Emosional menurut Goleman (2002:58-59) terdiri dari 5 dimensi/komponen   yaitu: Pengenalan diri (self awerenss), berarti orang dapat mengenali diri sendiri sehingga dapat menilai dirinya, mengetahui kelemahan dan kelebihan dalam dirinya. Pengendalian diri (self regulation) yaitu   keadaan   dimana   seseorang dapat menguasai dirinya dan mampu berpikir dengan tenang. Motivasi (Motivation)  sesuatu  yang mendorong seseorang untuk terus maju menuju pada tujuan/sasaran. Empati (empathy) dimana seseorang dapat ikut merasakan suatu keadaan/lingkungan yang dihadapi oleh orang lain sehingga rasa peduli dan simpati itu akan timbul yang membuat seseorang tidak menjadi egois dan yang terakhir adalah keterampilan sosial (social skills), dengan  keterampilan  sosial seseorang akan mampu dan siap menghadapi keadaan sosial yang sebenarnya. Kecerdasan emosi adalah kemampuan untuk membaca dan memahami   orang   lain,   dan   kemampuan   untuk   menggunakan   pengetahuan   untuk dengan item-item  pernyataan dengan menggunakan skala  interval (interval scale) yang merupakan alat pengukur data yang menghasilkan data serta memiliki rentang nilai yang mempunyai makna, walaupun nilai absolutnya kurang bermakna.

Pemimpin adalah panutan bagi masyarakat, segala perbuatan tingkahlakunya akan diperhatikan oleh masyarakat banyak dan segala tuturan yang keluar dari mulutnya akan dinilai juga oleh masyarakat banyak. Dalam ilmu neurolinguistik, tuturan dan tindakan yang bernada emosi tergolong ke dalam suatu gangguan. Gangguan tersebut termasuk ke dalam gangguan prosodi afektif emosional. Di mana tuturan dan tindakan yang penuh dengan emosi tersebut melibatkan syaraf penutur tersebut menjadi tegang dan tak terkendali.

Tuturan yang penuh emosi merupakan terjadinya gangguan pada hemisfer kanan penutur tersebut sebagaimana yang katakan Sastra, (2010: 103) prosodi afektif / emosional merupakan prosodi yang menandakan perasaan pembicara terhadap sebuah kalimat atau cerita yang disampaikan. Emosi akan membuat perubahan dalam penggunaan prosodi, maka perubahan prosodi akan menandakan perasaan pembicara terhadap pokok masalah yang sedang ia bahas. Ternyata, semua pengontrolan motorik dari prosodi emosional ini terletak pada hemisfer kanan, melalui korteks singularis, sedangkan pengontrolan prosodi linguistik terjadi melalui korteks premotorik di hemisfer kiri dan kanan.

Disingkat dengan EI (Emotional Intelligence), adalah kemampuan untuk memahami dan mengelola emosi dalam diri juga orang lain yang ada di sekitar. Mereka yang memiliki tingkat kecerdasan emosional tinggi tahu apa yang sedang mereka rasakan, apa arti dari emosi yang muncul, dan bagaimana emosi itu bisa memberi pengaruh pada orang lain. Bagi seorang pemimpin, memiliki kecerdasan emosional adalah penting bagi kesuksesan dalam memimpin negara atau organisasi. Pemimpin yang bisa menguasai dirinya biasanya jarang sekali menyerang orang lain secara verbal, atau membuat keputusan yang terburu-buru karena emosi, membuat stereotype pada orang lain, atau kompromi dengan nilai-nilai diri. Menguasai diri artinya bisa membuat diri tetap dalam kendali.

*Penulis adalah Peneliti Kebijakan Publik dan Kandidat Doktor Ilmu Administrasi Publik Universitas Brawijaya

IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Penulis: Layli/rEditor: Kundori