SUARAKALBAR.CO.ID
Beranda Daerah Pontianak Komnas Perempuan Gencar Sosialisasi Pencegahan Perkawinan Anak di Kalbar

Komnas Perempuan Gencar Sosialisasi Pencegahan Perkawinan Anak di Kalbar

Ketua Komnas Perempuan Republik Indonesia Andy Yentriyani (ANTARA)

Pontianak (Suara Kalbar)- Ketua Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) Republik Indonesia, Andy Yentriyani, menyatakan intensifikasi sosialisasi dan pendidikan publik sebagai langkah pencegahan terhadap perkawinan anak di Kalimantan Barat (Kalbar).

Andy Yentriyani mengungkapkan bahwa perkawinan anak sering kali melibatkan pasangan dengan perbedaan usia signifikan, di mana salah satu pasangan bisa jauh lebih tua dari yang lainnya. Untuk mengatasi masalah ini, Komnas Perempuan berusaha menyampaikan informasi dan kesadaran kepada masyarakat, khususnya orang tua dan anak-anak, tentang dampak negatif dari perkawinan anak.

“Model perkawinan anak ini, biasanya dilakukan antara pasangan salah satunya berusia lebih dewasa, bahkan lebih tua dari usia si anak perempuan,” katanya melansir dari ANTARA, Kamis(7/12/2023).

Menurutnya, karena masih banyaknya kasus seperti itu yang terjadi di Kalbar, pihaknya merasa perlu melakukan pendidikan publik melalui kampanye untuk mengingatkan kepada orang tua dan anak bahwa perkawinan anak tidak hanya dapat meningkatkan kemiskinan atau pun memiliki dampak negatif terhadap kesehatan reproduksi pihak perempuan, tetapi juga rentan terjadinya kekerasan dalam rumah tangga.

Dia juga menjelaskan terdapat beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya perkawinan anak yaitu faktor ekonomi, pergaulan dan sebagainya.

Selain itu, ada juga kasus yang melakukan hubungan seksual, mengakibatkan pihak perempuan mengalami kehamilan di luar nikah, sehingga keluarga tidak memiliki opsi lain selain menikahkan anak mereka.

“Menolak perkawinan itu sendiri menjadi sebuah kerumitan, saat ini ada beberapa kasus yang dilaporkan kepada kami mengatakan bahwa anaknya mengancam akan bunuh diri jika tidak dikawinkan,” tuturnya.

Andy Yentriyani berharap adanya program untuk anak-anak muda yang lebih variatif, lebih memicu kreativitas dan memberikan ruang untuk mengartikulasikan diri sehingga mereka mengenali bahwa ada hal lain yang bisa dilakukan selain berpikir tentang situasi seksual.

“Dan terutama adalah pendidikan kritis, tapi pendidikan kritis harus dilakukan sedari kecil untuk bisa memilah mana yang perlu dibaca dan mana yang tidak perlu dibaca serta mana yang penting untuk kita serap serta yang sebaiknya kita tinggalkan,” katanya.

IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Join channel telegram websitekami.com agar tidak ketinggalan berita loker terbaru lainnya

Join now
Komentar
Bagikan:

Iklan