SUARAKALBAR.CO.ID
Beranda Daerah Pontianak Petani Sayur di Pontianak Alami Penurunan Harga saat Musim Panas

Petani Sayur di Pontianak Alami Penurunan Harga saat Musim Panas

Petani Sayur Kangkung keluhkan Harga Murah di Musim Panas.[SUARAKALBAR.CO.ID/Ria Violetta]

Pontianak (Suara Kalbar)- Seorang petani sayur kangkung di Jalan Purnama 2, Pontianak, bernama Fina telah menjalani profesi ini selama 10 tahun. Dia menanam berbagai jenis sayuran seperti kangkung, bayam, timun, dan terong yang dijual ke pasar sayur kangkung setempat.

Namun, selama musim panas, ia mengalami kendala serius karena ketersediaan air yang terbatas, yang mengakibatkan penurunan harga kangkung di pasar.

“Kendalanya air pada saat musim panas harga sayur murah 1 kilonya hanya dibeli 2 – 3 ribu saja, ” katanya Sabtu(02/09/2023).

Selama musim hujan, harga kangkung meningkat drastis dan bisa mencapai 6 ribu rupiah per kilogram.

Fina dapat memanen sekitar 50 kilogram kangkung setiap harinya. Namun, saat musim hujan, bahkan dengan harga yang lebih tinggi, pendapatan tersebut mungkin tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

“Kami bisa panen 50 kilo sekali panen, nah, sedangkan musim hujan harga sayur kangkung murah kadang cuma 2 – 3 ribu saja tidak menutup kebutuhan cukup buat makan sehari-hari saja, ” katanya.

Selain kendala harga, serangan hama seperti belalang dan ulat sering mengancam tanaman kangkung. Untuk mengatasi belalang, Fina hanya mengusirnya, sementara untuk ulat, ia menggunakan bahan kimia dengan dosis yang tepat untuk melindungi tanamannya.

“Buat usir belalang kami hanya usir saja sedangkan kalau ulat pake bahan kimia dan kita ada takarannya jadi sayur tidak akan pahit walaupun dikasi bahan kimia, ” terangnya.

Fina menjelaskan bahwa dalam proses panen kangkung, ada tahapan dan batas waktu yang harus diperhatikan untuk memastikan panen dilakukan saat sayuran sudah siap.

“Ada batasan waktu untuk panen kangkung, biasanya sekitar 25 hari setelah tanam, kita sudah bisa memanennya lagi,” katanya.

Lahan yang digunakan oleh Fina dan suaminya sebenarnya milik orang lain, tetapi mereka hanya menumpang untuk menggarap lahan pertanian tersebut. Mereka tidak membayar sewa lahan, tetapi hanya menjaga dan merawat tanah tersebut atas permintaan pemilik lahan.

“Tanah ini adalah milik orang lain, kami hanya menumpang untuk bercocok tanam dan tidak membayar sewa. Pemilik lahan hanya meminta kami merawat dan menjaga lahan ini,” tambah Fina.

IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Join channel telegram websitekami.com agar tidak ketinggalan berita loker terbaru lainnya

Join now
Komentar
Bagikan:

Iklan