Stunting di Sambas Tinggi Hingga Jadi Lokus Monev Nasional
Sambas (Suara Kalbar) – Kabupaten Sambas masih terdapat kasus stunting yang cukup tinggi sehingga tim monitoring dan evaluasi (monev) stunting terpadu wilayah Pesisir, Perbatasan dan Rawan pangan (P2R) melakukan Focus Group Discussion (FGD) yang menyasar perwakilan kecamatan dan desa di Sambas Rabu (26/7/2023) sore.
Kepala Kantor Perwakilan BKKBN Kalbar Pintauli Romangasi Siregar mengatakan Sambas merupakan wilayah yang berbatasan langsung dengan negara lain dan memiliki daerah pesisir, angka stunting di Kabupaten Sambas juga masih terbilang tinggi meskipun sudah mengalami penurunan.
“Evaluasi tingkat nasional ini bukan pertama kalinya dilakukan di Kalbar. Ia berharap dari monev ini, kabupaten lainnya juga dapat melakukan evaluasi secara menyeluruh dari masing-masing daerah. Hal ini juga pernah dilakukan di Sanggau. Sudah dilakukan beberapa kali,” ujar Pintauli.
Sementara itu Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Sambas Yudi menjelaskan jika Selain wilayah perbatasan,Kabupaten Sambas juga terdiri dari wilayah pesisir dan perhuluan.
Terdapat 19 kecamatan dengan 135 desa yang tersebar hingga perbatasan. Dari jumlah tersebut, terdapat 5 desa yang memiliki angka stunting tertinggi yang kemudian dipilih menjadi peserta aktif FGD ini. Lima desa tersebut yakni Desa Sebayan, Gapura, Lubuk Dagang, Lela dan desa Mulia yang berasal dari dua kecamatan yaitu kecamatan Sambas dan Teluk Keramat.
“Wilayah berbatasan langsung dengan negara lain justru angka stunting tidak tinggi. Seperti di kecamatan Sajingan, Desa Sei Bening dan Kecamatan Paloh, Desa Temajuk serta Aruk di Sebunga,” kata Yudi.
Bidan Nurliani, salah satu peserta FGD dari Desa Gapura, Kecamatan Sambas menambahkan, permasalahan tingginya angka stunting di Desa Gapura lebih banyak disebabkan akses jalan yang rusak parah. Sehingga masyarakat sulit untuk datang ke faskes dan sulit untuk mengontrol kesehatan masyarakat di daerah itu.
“Jadi kegiatan posyandu kemudian yang berhubungan dengan kesehatan warga jangkauannya sulit. Tapi untungnya tahun ini sudah ada perbaikan. Sehingga angka stunting bisa turun walaupun masih tinggi,” katanya.
Penanganan yang sudah dilakukan untuk penurunan stunting di Desa Gapura dan kerjasama yang sudah dilakukan dengan aparat serta masyarakat setempat. pemberian makanan tambahan, pemberian susu untuk ibu hamil dan telur. Kemudian kasus anak dengan timbangan kurang itu di pantau selama 30 hari dan dipantau terus pertumbuhannya.
IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Join channel telegram websitekami.com agar tidak ketinggalan berita loker terbaru lainnya
Join now





