Oleh: Suhendra Mulia, M.Si
MANUSIA adalah makhluk sebagai pelaku utama di dalam yang namanya lingkungan, dimana manusia tidak lepas dari kebutuhan untuk hidup dan tergantung dari kondisi lingkungan tempat dimana ia berada. Manusia hidup dikelilingi oleh makhluk hidup lainnya seperti hewan dan tumbuhan/tanaman. Dan manusia bergantung juga pada pendukung kehidupannya yang ada di lingkungan seperti air, udara, tanah, dan sebagainya. Emil Salim (lindungihutan.com) berpendapat lingkungan diartikan sebagai benda, kondisi, dan pengaruh yang terdapat dalam ruang yang kit tempati dan mempengaruhi hal yang hidup termasuk kehidupan manusia.
Manusia terhadap lingkungan bisa sebagai pelindung ataupun sebagai pengrusak. Manusia sebagai pelindung dengan melakukan pemeliharaan atau menjaga dan merawat dari lingkungan itu sendiri. Sedangkan manusia sebagai pengrusak lingkungan dengan mengambil kekayaan alam yang ada dengan tidak memperbaiki atau menggantinya, seperti hutan diambil tetapi tidak mengganti dengan menanam nya kembali, pasir/batu ataupun tanah diambil tetapi tidak ditata kembali agar tanah nya berguna bagi lingkungan, dan sebagainya.
Lingkungan bagi manusia kecenderungannya dilihat atau di amati secara fisik saja, dimana kerusakan fisik atas perilaku atau tindakan manusia akan mengakibatkan atau memberikan dampak yang sangat berpengaruh pada lingkungan. Sarjiya Antonius Peneliti Pusat Riset Mikrobiologi Terapan BRIN berpendapat tidak bisa dipungkiri bahwa masyarakat petani semakin bergantung pada penggunaan bahan kimia agro seperti pupuk kimia organik sintesis (pupuk kimia) dan pestisida, sementara itu hasil panen yang didapatkan bukannya meningkat tetapi malah serangan hama dan penyakit yang semakin mengganas, tanaman semakin rentan dan akibatnya terkadang malah gagal panen. Lebih parah lagi kearifan lokal dalam pemahaman manfaat dan pembuatan pupuk organik di masyarakat petani semakin luntur.
Kondisi tanah yang kandungan bahan organiknya semakin menipis (di bawah 2%), dipastikan bahwa pemupukan kimia tidak akan berfungsi dengan optimal dan sebaliknya berpotensi mencemari lingkungan. Konsep bertani harus mengalami revolusi, dari pemikiran bahwa pemupukan adalah memberi makanan ke tanaman yang dibudidayakan, menjadi pemupukan adalah memberi makanan ke tanah atau lingkungan sehingga tanah dan lingkungan menjadi sehat, biodiversitas tanah menjadi optimal dalam melakukan aktivitas fungsi siklus nutrisi atau menyediakan hara untuk mendukung pertumbuhan dan memberikan panen yang optimal.
Hubungan tanah dan tanaman memiliki satu kesatuan spiritual yang tidak dapat dipisahkan. Tanah yang sehat akan menjadikan tanaman sehat sehingga dapat memberikan hasil yang berkelimpahan. Tentu saja ketika tanaman sehat, berarti kita terbebas dari biaya untuk pembelian pestisida yang mahal dan berbahaya. Dari perspektif organik perlu ditekankan, segala sesuatu yang kita gunakan dalam bertani harus baik untuk tanah serta tanaman. Memberi umpan ke tanah berarti pula memberi makan tanaman.
Manusia dan lingkungan merupakan makhluk yang saling bergantung. Dengan kerusakan lingkungan kita tidak dapat memberikan warisan kepada generasi-generasi berikutnya. Untuk itu perlu kita menjaga, memelihara ataupun mengembalikan fungsi lingkungan seperti semula. Itu cara ilmuwan mikrobiologi melihat dari perspektif keilmuannya untuk lingkungan, makhluk hidup lainnya, dan pendukung dari lingkungan itu sendiri. Beda lagi dengan ilmuwan sosial perhatian melihat lingkungan dalam perspektif bidang keilmuannya. Amir Mahmud, Peneliti Pusat Riset Bahasa, Sastra, dan Komunitas BRIN, berpendapat dengan menyoroti tentang masalah kehidupan makhluk di bumi dalam sastra, dimana ada pesan melalui kearifan lingkungan. Sastra sebagai ilmu lunak, sastra menyampaikan pengetahuan budaya dan peradaban manusia. Budaya merawat alam yang dicontohkan nenek moyang semakin hilang. Terjadinya perubahan iklim sebagian besar dilakukan oleh manusia. Penanaman etika menghormati alam harus terus dikobarkan untuk mencegah laju perubahan iklim. Sebagai contoh “sastra dapat disampaikan melalui tradisi lisan, manuskrip, novel, cerpen atau puisi, dan sastra anak. Dan bisa juga melalui lirik lagu anak-anak, pop, campur sari, atau dangdut untuk tiada henti menyampaikan gagasan tentang kearifan lingkungan, baik cara merawat dan kerusakannya”.
Manusia di lingkungan sangat berpengaruh, mau diapakan lingkungan tersebut manusialah yang mempunyai kendali. Lingkungan saat ini khususnya di Indonesia perlu kita jaga dan lestarikan sebagai warisan untuk generasi berikutnya. Untuk itu kita semua ataupun juga para ilmuan perlu membantu dalam menggalakkan kampanye peduli lingkungan dengan cara dan kemampuanya masing-masing. Mudah-mudahan bangsa Indonesia dapat tetap menjadi paru-paru dunia bagi kehidupan makhluk hidup.
*Penulis adalah Humas Madya BRIN