Aktif Tangani COVID-19, Langkah LDII Diapresiasi CEPH Griffith University Australia
Jakarta (Suara Kalbar) – Sejak COVID-19 ditetapkan sebagai pandemi, bukan lagi menjadi tanggungjawab pemerintah semata, melainkan memerlukan partisipasi semua pihak.
Hal inilah yang melatarbelakangi Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) membuat berbagai program untuk pencegahan dan penanganan COVID-19.
“Persoalan pandemi mesti ditangani secara gotong royong dan LDII juga membuat programa yang langsung menyentuh masyarakat bawah. Alhamdulillah langkah LDII mendapat apresiasi dari Pusat Kesehatan Lingkungan dan Populasi atau Center of Environment and Population Health (CEPH), Griffith University, Australia,” ujar Sekretaris Umum DPP LDII Dody T Wijaya, kepada SUARAKALBAR.CO.ID, Rabu (22/12/2021).
Berbagai langkah LDII dalam mengatasi krisis kesehatan akibat Covid 19, ia paparkan saat LDII diundang oleh pihak CEPH dalam Webinar yang bertema Health Emergency and Disaster Risk Management Virtual Forum.
“Dalam webinar ini, saya mewakili Ketua Umum DPP LDII, KH Chriswanto Santoso, yang juga menghadirkan enam profesor dari kalangan peneliti dan guru besar Universitas, regulator, WHO, dan organisasi nir laba yang fokus di bidang lingkungan, kesehatan, dan bencana global dari Australia, Amerika Serikat, Jepang, Philipina, dan Guinea-Bissau,” jelasnya.
Acara dipandu langsung oleh Profesor Cordia Chu, Direktur CEPH Griffith University dan dibuka secara resmi oleh Inspektur Jenderal Negara Bagian Queensland.
Dalam presentasinya, Dody sebagai salah satu pembicara di antara sembilan pemateri, mengungkapkan beragam langkah yang ditempuh LDII dalam mencegah COVID-19.
“Pada saat awal terjadinya Covid-19, kami menggelar webinar Pesantren Sehat, yakni upaya mencegah COVID-19 menyebar di pesantren-pesantren di lingkungan LDII,” ujar Dody.
Pesantren selain pusat mencetak kader dakwah, bagi LDII, pesantren juga memutar ekonomi warga di sekitarnya secara signifikan.
Selanjutnya, DPP LDII melakukan empat langkah penting diseminasi informasi dan edukasi mengenai protokol kesehatan, tindakan preventif, tanggap darurat bagi warga yang terinfeksi dan terkena dampak, serta tindakan restorative dan rehabilitasi.
Langkah pertama sebagai edukasi pada awal wabah, di setiap majelis taklim diminta supaya menjaga jarak, mengenakan masker, mencuci tangan sebelum dan sesudah melaksanan kegiatan di dalam masjid atau mushola.
“Saat angka terpapar sangat tinggi dan pemerintah melakukan pembatasan sosial, DPP LDII mengirimkan surat edaran untuk melaksanakan pengajian melalui daring,” ujar Dody.
Warga LDII di zona-zona merah bahkan melaksanakan salat Jumat di rumah masing-masing dan meniadakan salat Idul Fitri dan Idul Adha.
“Pada kondisi wabah, pembinaan umat tidak kami hentikan. Karena dengan meningkatkan ketakwaan kepada Allah dan menjalankan protokol kesehatan, kami anggap sebagai langkah efektif menguatkan mental dan fisik umat,” papar Dody.
LDII juga menginstruksikan dibentuknya Satgas COVID-19 pada level provinsi hingga kelurahan.
Mereka mendapat tugas menegakkan protokol kesehatan, tanggap terhadap warga yang terkena terinfeksi, dan memberi bantuan berupa sembako kepada warga yang terdampak secara ekonomi.
“Kami menyediakan ruang isolasi mandiri, menyalurkan pasien ke rumah sakit untuk isolasi, hingga melakukan penyemprotan disinfektan ke rumah-rumah dan tempat ibadah,” jelasnya.
Untuk kemandirian pangan dan obat-obatan herbal, DPP LDII memberi edukasi mengenai hidroponik dan penanaman tanaman herbal.
Selanjutnya, secara masif, DPP LDII menginstruksikan pelaksanaan vaksinasi massal bekerja sama dengan Dinas Kesehatan, TNI dan Polri, bahkan partai politik. Langkah-langkah tersebut merupakan bagian dari upaya penyebaran COVID-19.
“Langkah LDII ini menjadi perhatian Profesor Cordia Chu, Direktur CEPH Griffith University, yang akan melakukan riset mengenai peran ormas dalam hal ini LDII, dalam membantu pemerintah mengatasi dampak Covid-19,” pungkas Dody.
Join channel telegram websitekami.com agar tidak ketinggalan berita loker terbaru lainnya
Join now





