Kisah Bayi yang Malang Viral di Media Sosial, Belasan Komunitas Mempawah Turun ke Jalan
![]() |
| Hanif Al-Fathan, bayi berusia 15 hari yang mengidap penyakit langka sehingga perlu segera dioperasi. Kisah pilu kedua orangtua Hanif yang tak punya biaya, belasan komunitas Mempawah kompak turun ke jalan. |
Mempawah (Suara Kalbar)-Kisah bayi yang malang bernama Hanif
Al-Fathan di Mempawah viral di jagad media sosial, Facebook.
Belasan ribu warganet menyampaikan rasa keprihatinan,
kesedihan dan juga memanjatkan doa agar sang bayi yang baru berusia 15 hari
ini, diberikan pertolongan oleh Allah SWT lewat tangan-tangan para dermawan.
Nah, kisah pilu kedua orangtua Hanif Al-Fathan yang tak
memiliki uang sepeser pun untuk mengobati anaknya, memantik rasa kepedulian belasan
komunitas di Mempawah.
“Hari ini, Sabtu, 28 November, dan besok, Minggu, 29
November, kami akan turun ke jalan untuk menghimpun dana para dermawan di Kota
Mempawah,” ungkap Alex Candra, Ketua Komunitas Keluarga Tak Sedarah (KTS)
Mempawah.
Menurut Alex, hingga siang ini, tercatat 12 komunitas di
Mempawah yang menyatakan diri akan ikut serta untuk menghimpun dana bagi biaya
pengobatan Hanif Al-Fathan.
Mereka adalah KTS Mempawah, Oi Mempawah, Over Speed
Mempawah, PMI Mempawah, Moonraker Mempawah, GSC Mempawah, MRWB Mempawah,
Selembe HIRD, Single Fighter Mempawah, Matic Trail, serta Ikatan Jurnalis
Bestari (I-JARI) Mempawah.
“Upaya menghimpun dana Sabtu hari ini, dimulai pukul 13.00
WIB, di kawasan Tugu Jam Jalan Gusti M. Taufik, dan depan SMAN 1 Jalan Raden
Kusno Mempawah. Kami mohon agar para dermawan di Kota Mempawah untuk menyisihkan
rezekinya membantu Hanif Al-Fathan,” kata Alex lagi.
Kegiatan pengumpulan dana, akan dilanjutkan pada Minggu, 29
November, pukul 13.00 WIB, mengambil lokasi di Taman Bestari di Jalan Daeng
Menambon dan Tugu Jam Jalan Gusti Muhammad Taufik.
Seperti diberitakan suarakalbar.co.id, cobaan demi cobaan
terus menghampiri keluarga Muhammad Adi (34 tahun) dan Umi Kalsum (23 tahun),
warga Jalan Panca Bhakti, Desa Pasir Panjang, Kecamatan Mempawah Timur,
Kabupaten Mempawah.
Belum sempat memberikan perawatan kepada anaknya Nur Latifah
(4 tahun), yang menderita pembengkakan usus–lantaran keterbatasan
ekonomi–kini keluarga yang menempati rumah berdinding papan tersebut didera
dengan permasalahan yang lebih berat lagi.
Itu karena anak keduanya, Hanif Al-Fathan, yang baru
dilahirkan pada 13 November lalu, di Puskesmas Antibar, kini didiagnosa bayi
cukup bulan dengan memiliki sejumlah penyakit langka yang berat.
Diantaranya: infeksi darah (sepsis neonatorum), kemungkinan
hirschsprung atau penyakit langka yang menyebabkan bayi tidak bisa buang air
besar (BAB) sejak lahir.
Selain itu, Hanif juga dimungkinkan mengidap penyakit
jantung bawaan, pendarahan pada saluran cerna, hingga mengidap down syndrome
atau kelainan genetik yang menyebabkan penderitanya memiliki tingkat kecerdasan
yang rendah, dan kelainan fisik yang khas.
Kedua orangtua Hanif, yakni Muhammad Adi dan Umi Kalsum menceritakan,
kelainan pada kondisi putra kesayangannya itu setelah seminggu dilahirkan.
Dimana anaknya mendadak demam, namun kemudian badan sang bocah berubah membiru
dan kuning.
“Mamaknya kira ini hanya demam biasa, tapi kemudian
badannya biru dan kuning. Habis itu demamnya makin tinggi. Kami bawa lah ke
Rumah Sakit Rubini (RSUD Mempawah). Namun selama 2-3 hari dan hingga sampai
sekarang tidak ada perubahan,” katanya.
Sejak awal, sambung Adi, kondisi putranya terlihat susah
bernafas, perutnya kembung. Namun pada saat pertama di-rontgen, bagian dalamnya
tidak menunjukkan apa-apa. Namun kondisinya yang berubah menjadi biru dan
kuning terus saja mengkhawatirkan.
“Namun pas hasil diagnosisnya keluar, penyakitnya
banyak, bukan hanya satu,” kata Adi yang terlihat badannya melemah, dengan
mata berkaca-kaca.
Dengan suara datar, Adi melanjutkan, sejak itu pihak RSUD
Rubini menyarankan agar segera Hanif segera dirujuk ke rumah sakit yang lebih
baik penanganannya. Sebab di Rubini sendiri tidak memiliki kelengkapan alat, untuk
menjalani operasi bedah dan sebagainya. Sehingga dikhawatirkan kondisi bayi
semakin memburuk.
“Pihak rumah sakit yang bantu carikan rumah sakit,
ditelponlah satu-satu, Abdul Aziz Singkawang, Soedarso Pontianak, Promedika,
Antonius, Graha Bunda. Kalau di Singkawang ada alatnya, tapi penuh, kemarin
saya sudah memohon-mohon diberikan satu ruangan untuk anak saya, cuman katanya sudah penuh. Telpon ke Soedarso, tutup pula sekarang
ruangan bayinya. Satu-satunya jalan ya ke Antonius,” katanya.
Mendengar nama Rumah Sakit Antonius, Adi langsung lunglai.
Sebab ia tak memiliki uang sepeserpun untuk membawa sang anak berobat.
“Pertama kami memikirkan biayanya. Saya atau siapapun,
pasti tidak mau anaknya ada apa-apa. Kami sudah berusaha, istri saya juga sudah
banyak korban ke sana kemari, karena sayang kami sama anak. Sementara saya
hanya tukang bangunan, yang kadang ada kerjaan, kadang tidak,” katanya.
Untuk itu, Adi mengatakan pihaknya sangat memohon bantuan,
khususnya berupa uang dari semua pihak, baik pemerintah maupun swasta, agar
sudi membantu perawatan buah hatinya hingga sembuh.
“Sebenarnya anak kami hari ini sudah harus dioperasi,
cuman bagaimana lah, biayanya tidak ada. Kalau di Rubini kami pakai BPJS, tapi
ini kan rumah sakit swasta,” ujarnya.
Sejauh ini, kata Adi, dari pihak keluarga terus memberikan
dukungan dan bantuan, namun dengan keterbatasan masing-masing, bantuan tersebut
masih jauh dari kata kurang. Bahkan untuk membayar uang masuk dan obat awal,
apalagi operasi dan lainnya.
“Jadi saya, dari orangtuanya, sangat memohon sekali
kepada siapa saja, bantulah saya, bantulah saya, tolong anak kami,” kata
Adi.
Penulis: Akbar AB
Join channel telegram websitekami.com agar tidak ketinggalan berita loker terbaru lainnya
Join now





