Singkawang Deflasi Lagi, Lalu Apa Ruginya?
![]() |
Deflasi – Ilustrasi |
Oleh: Arif Rahman, S.Tr.Stat
PADA tanggal 2 Desember 2019, Badan Pusat Statistik (BPS) kembali merilis angka inflasi di 82 Kota di Indonesia untuk bulan November. Menurut BPS, inflasi pada tingkat nasional adalah sebesar 0,14 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 138,60. Kemudian, dari 82 kota tersebut, 57 kota mengalami inflasi dan 25 kota mengalami deflasi.
Salah satu kota yang mengalami deflasi adalah Kota Singkawang yaitu sebesar 0,43 persen. BPS mencatat, Kota Singkawang telah mengalami deflasi selama empat bulan berturut-turut sejak bulan Agustus lalu. Dan selama tahun 2019, Kota Singkawang telah mengalami deflasi lima kali. Lalu, apa dampaknya jika terjadi deflasi? Sebelum membahas lebih lanjut, sebenarnya apa itu deflasi?
Konsep Deflasi
Berbicara tentang deflasi, maka sangat erat kaitannya dengan inflasi. Menurut konsep BPS, inflasi merupakan kecenderungan naiknya harga barang dan jasa pada umumnya yang berlangsung secara terus menerus. Selanjutnya, deflasi adalah kebalikannya dari inflasi, sehingga deflasi bisa juga diartikan sebagai kecenderungan turunnya harga barang dan jasa pada umumnya yang berlangsung secara terus menerus.
Kemudian, untuk menghitung inflasi/deflasi, BPS menggunakan indikator Indeks Harga Konsumen (IHK). IHK adalah suatu indeks yang menghitung rata-rata perubahan harga dari suatu kelompok barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga dalam kurun waktu tertentu. Perubahan IHK dari waktu ke waktu menggambarkan tingkat kenaikan harga (inflasi) atau tingkat penurunan harga (deflasi) dari barang dan jasa.
Penyebab Deflasi di Singkawang
Deflasi yang terjadi bukanlah tanpa sebab. Secara umum, deflasi terjadi karena terlalu banyak hasil produksi yang sama pada waktu bersamaan yang menyebabkan stok produk tersebut melimpah. Alhasil, produsen akan meningkatkan persaingan untuk bisa mendapatkan konsumen melalui penekanan harga agar barang mereka laku terjual.
Sementara itu, menurut BPS, deflasi yang terjadi di Kota Singkawang pada bulan November paling dominan disebabkan oleh turunnya indeks harga pada kelompok bahan makanan (sub kelompok sayur-sayuran dan ikan segar) yaitu sebesar 1,51 persen. Adapun komoditas yang mengalami penurunan harga adalah kacang panjang, tenggiri, udang basah, cabai rawit, ketimun, sawi hijau, tongkol, dan cabe hijau.
Dampak Deflasi
Tingkat inflasi/deflasi berkaitan erat dengan kondisi perekonomian suatu daerah. Kelompok yang paling dirugikan akibat adanya deflasi yaitu para pelaku bisnis. Kondisi deflasi pada suatu daerah menyebabkan banyak pelaku bisnis berlomba-lomba untuk dapat menekan harga jual demi menarik minat konsumen. Hal tersebut berakibat pada pemerosotan keuntungan bisnis serta apabila kondisi tersebut terus dibiarkan maka akan memaksa pelaku bisnis untuk menghentikan kegiatannya karena sudah tidak mempunyai biaya produksi lagi.
Selanjutnya, perusahaan yang merugi akibat keuntungan yang rendah kemudian akan memutuskan untuk melakukan PHK besar-besaran terhadap karyawannya agar bisa mengurangi pengeluaran gaji tenaga kerja. Kondisi tersebut tentu saja berdampak pada peningkatan jumlah pengangguran di daerah tersebut. Hal tersebut sejalan dengan data BPS yang menyatakan bahwa tingkat pengangguran di Kota Singkawang tahun 2019 adalah 6,44 persen dan merupakan yang tertinggi kedua di Provinsi Kalbar setelah Kota Pontianak.
Upaya Pengendalian Deflasi
Sebagaimana yang dilaporkan oleh BPS, deflasi di Kota Singkawang disebabkan oleh turunnya harga pada sub kelompok sayur-sayuran dan ikan segar. Apabila harga sayur-sayuran dan ikan segar dibiarkan terus turun, maka petani dan nelayan tentu akan mengalami kerugian karena harga jual sayur-sayuran dan ikan segar tidak dapat menutupi ongkos produksi yang sudah dikeluarkan. Hal ini berakibat pada turunnya kesejahteraan petani dan nelayan.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh pemerintah adalah melalui operasi pasar. Operasi pasar ditujukan untuk mengendalikan stok sayur-sayuran dan ikan segar yang berlimpah serta menjaga harganya agar tetap stabil di pasaran. Operasi pasar tersebut tidak mustahil untuk diterapkan pada komoditas sayur-sayuran dan ikan segar jika didukung oleh pemerintah setempat dan berbagai pihak terkait.
Selain itu, pemasaran sayur-sayuran dan ikan segar juga perlu diperluas tidak hanya terkonsentrasi di Kota Singkawang saja tetapi juga ke kabupaten/kota lainnya atau bahkan ke Provinsi lain di Pulau Kalimantan. Apabila produksi sayur-sayuran dan ikan segar dapat terdistribusi ke daerah lain, maka sayur-sayuran dan ikan segar tidak akan menumpuk di Kota Singkawang saja, sehingga harga sayur-sayuran dan ikan segar akan tetap stabil dan berdampak pada terjaganya kesejahteraan petani dan nelayan di Kota Singkawang.
*Penulis Adalah Staf Seksi Neraca Wilayah dan Analisis Statistik di BPS Kabupaten Sekadau
Join channel telegram websitekami.com agar tidak ketinggalan berita loker terbaru lainnya
Join now