SUARAKALBAR.CO.ID
Beranda News Peluang dan Tantangan Sektor Sexy Pertanian

Peluang dan Tantangan Sektor Sexy Pertanian

Achmad TA

Oleh: Achmad Tasylichul Adib

SALAH satu sektor utama yang berperan penting dalam perekonomian nasional adalah sektor pertanian. Selain dapat menggerakkan sektor lain dalam rangka pembangunan nasional, sektor pertanian berkontribusi dalam  penyerapan tenaga kerja yang besar, sumber pertumbuhan ekonomi dan sumber penyumbang devisa negara. Posisi Indonesia yang strategis sebagai negara maritim sekaligus negara agraris, menyebabkan sektor ini bakal disebut-sebut sebagai “sektor sexy” dalam perencanaan pembangunan nasional ke depannya.

Cakupan Sektor Pertanian

Seksinya sektor ini juga dilihat dari berbagai paras yang menawan. Ibarat paras adalah cakupan sektor pertanian, maka cakupan (read : sub sektor) sektor ini terbilang cukup luas. Adapun sub sektor pertanian ini meliputi tanaman pangan (padi dan palawija), hortikultura, perkebunan, kehutanan, ternak/unggas, budidaya ikan (air tawar tambak air payau), dan penangkaran tumbuhan/ satwa liar. Kemudian menurut Badan Pusat Statistik (BPS) dalam Publikasi Survei Pertanian Antar Sensus (SUTAS) 2018 sub sektor ini digolongkan menjadi sub sektor pertanian penggunaan lahan.

Terdapat juga sub sektor pertanian bukan penggunaan lahan seperti budidaya ikan (air laut dan perairan umum), penangkapan ikan (air laut dan perairan umum), pemungutan hasil hutan, penangkapan satwa liar dan jasa penunjang pertanian lainnya. Bagaimana ? Sangat seksi bukan ?

Berdasarkan data BPS (SUTAS 2018) terdapat 684.076 rumah tangga  yang memiliki usaha pertanian. Konsep dan definisi yang diusung yaitu rumah tangga yang di dalamnya terdapat salah satu atau lebih anggota rumah tangga yang mengelola usaha pertanian, baik itu usaha pertanian milik sendiri atau milik orang lain termasuk usaha jasa penunjang pertanian. Dari total rumah tangga yang mengusahakan pertanian, terdapat 2.580.585 jiwa yang tercatat sebagai petani. Jumlah itu setara dengan 51,6 % dari total Penduduk Kalimantan Barat pada tahun 2018 (BPS).

Potensi Kalimantan Barat

Komposisi penduduk Kalimantan Barat yang mayoritas bekerja di sektor pertanian ini menambah kesan bahwa sektor ini memang benar-benar seksi. Kemudian terkait dengan alokasi rumah tangga usaha pertanian di masing-masing sub sektor, jumlah terbesar adalah sub sektor perkebunan dengan total 549.676 rumah tangga. Jumlah ini mengalahkan dominasi sub sektor tanaman pangan yang digeluti oleh 461.948 rumah tangga. Hal ini wajar saja melihat kondisi Kalimantan Barat saat ini banyak ditemui perusahaan perkebunan seperti kelapa sawit, karet, kelapa dll yang besar-besaran dalam pembukaan lahan. Bahkan di beberapa kabupaten  terdapat alih fungsi lahan pertanian tanaman pangan menjadi lahan perkebunan. Selain itu sebagian rumah tangga bahkan lebih memilih usaha bidang perkebunan dengan anggapan akan memperoleh hasil yang lebih paten.

Sub sektor dengan alokasi rumah tangga terkecil adalah rumah tangga yang mengusahakan bidang kehutanan. Kurang lebih fenomena yang terjadi hampir sama dengan sub sektor tanaman pangan, yakni banyak hutan yang dibuka sebagai lahan perkebunan. Apabila hal ini terus terjadi secara perlahan, sungguh akan menjadi kerugian dan degradasi bagi fungsi hutan. Pasalnya, Kalimantan Barat memiliki hutan yang cukup luas dan berperan menjadi bagian paru-paru dunia di Pulau Borneo.

Selain hutan, jasa penunjang pertanian juga tidak begitu banyak diminati oleh rumah tangga usaha pertanian. Padahal sub sektor ini juga penting perannya sebagai pelengkap dalam menunjang sektor pertanian. Jasa penunjang pertanian ini meliputi jasa pemeliharaan lahan pertanian, jasa pengendalian hama, jasa penyediaan perlengkapan pertanian, jasa penebaran benih, jasa rehabilitasi hutan hingga kegiatan inseminasi pembuatan. Minimnya perhatian dari berbagai pihak, membuat sub sektor ini jarang dilirik. Tak khayal, sedikit petani yang meminati usaha pertanian di sub sektor ini.

Gambaran umum tentang “sektor seksi” di atas, tentunya akan mengalami pola dan perubahan. Arus globalisasi hingga pergantian zaman yang begitu cepat akan membawa pertanian Indonesia ke dalam suatu titik. Titik tersebut tidak ada yang tahu tandanya. Apakah menuju ke arah positif atau justru sebaliknya. Peluang dan tantangan tidak mungkin dihindari. Maka dari itu sedini mungkin, pemerintah dan masyarakat harus peduli dan menyiapkan beberapa taktik untuk menghadapi tantangan zaman serta bisa meningkatkan perekonomian daerah dan nasional.



Peluang atau Tantangan ?

Berbicara mengenai peluang, bukan tidak mungkin pertanian Kalimantan Barat akan melejit. Hal ini didasari atas jumlah petani yang didominasi rentang usia 25-35 tahun. Usia di mana seseorang sedang produktif dalam bekerja dan masih tergolong cukup muda. Sehingga akan memberikan sumbang sih yang nyata dalam waktu yang cukup lama untuk memajukan pertanian. Belum lagi ditambah dengan adanya keadaan yang disebut bonus demografi yang kian santer diberitakan. Maka hal ini bisa direncanakan jauh-jauh hari untuk memanajemen usia kerja dalam jumlah yang banyak.

Dari sisi pertanian seperti lahan sawah yang ada misalnya, bisa dioptimalkan dalam perawatannya, pembuatan sarana sawah yang memadai seperti pembuatan parit lebar agar sawah tidak tergenang ketika terjadi hujan bahkan banjir. Mengingat tak sedikit sawah di Kalimantan Barat yang selalu terendam air ketika musim hujan tiba dan menyebabkan gagal panen. Secara tidak langsung hal ini juga akan membuka peluang lebar bagi penyedia jasa penunjang pertanian.

Kemudian, majunya teknologi dapat dimanfaatkan untuk membuahkan hasil yang efektif dan efisiennya dalam ranah pertanian.

Sementara itu tantangan pasti akan dijumpai oleh seluruh lapisan masyarakat bersama pemerintah daerah. Seperti halnya pembukaan lahan untuk perkebunan yang kian mengikis lahan sawah dan hutan.

Tindakan ini sebaiknya bisa dikendalikan oleh pemerintah daerah. Efek yang ditimbulkan apa dan bagaimana keadaan Kalimantan Barat beberapa tahun ke depan. Perhatian terhadap sub sektor pertanian terkadang luput dari pengawasan sang pembuat kebijakan. Diperlukan kerja sama antara lembaga- lembaga  pemerintahan dan swasta untuk menyongsong sektor pertanian ke depannya.

Harapan demi harapan terhadap sektor pertanian ini terus dipanjatkan, segala daya dan upaya pun tak lupa diikhtiarkan. Tersebab karena seksinya sektor ini untuk kemajuan bangsa, tak perlu ragu dan berpikir dua kali untuk tidak berkarya dalam dunia pertanian.

*Penulis adalah staf Seksi Produksi BPS Kabupaten Sekadau

Join channel telegram websitekami.com agar tidak ketinggalan berita loker terbaru lainnya

Join now
Komentar
Bagikan:

Iklan