![]() |
Adinda Aisyah Nindyani saat memperlihatkan hasil karyanya.[suarakalbar/Darman] |
Keberhasilan itu dicapai oleh Adinda Aisyah Nindyani, yang mengikuti dibidang Ilmu Pengetahuan Teknik dan Rekayasa dengan karyanya berupa wastafel sensor portabe.
Keberhasilan siswa SMPN 1 sanggau meraih medali perak pada OPSI tingkat Nasional 2019, menjadi capaian yang tidak disangka sangka. Sebab, mereka harus bersaing dengan 102 peserta yang berasal dari seluruh Indonesia.
“Tidak menyangka akan jadi juara di ajang ini karena wastafel buatannya sangatlah sederhana dan dari provinsi lain alatnya jauh lebih canggih, bahkan ada yang pakai panel surya, alatnya besar dan canggih,”ujar Aisyah(3/12).
Aisyah mengatakan wastafel ini mulai dibuatnya pada bulan april namun terus melakukan penyempurnaan dengan bimbingan wiwin gurunya dan diikutkan dalam olimpiade penelitian siswa indonesia di jakarta.
“Ide itu berawal ketika kawan-kawan sering terlambat masuk kelas dengan alasan cuci tangan, jumlah wastafel di sekolahnya tak sebanding dengan jumlah siswanya,” ceritanya.
Wastafel ini dilengkapi sensor gerak dan mampu mengubah air kotor bekas cuci tangan menjadi layak pakai kembali karena ada dua tahap penyaringan untuk menghasilkan air yang layak pakai kembali. Pada proses penyaringan pertama air yang masuk dalam kotak akan disaring melalui lima penyaring yang terdiri dari pasir kerang, sabut kelapa, cangkang kerang, sabut kelapa yang sudah dihaluskan dan pasir kerang, setelah itu air turun filtrasi mini yang berisi batu ziolite yang berfungsing menghilangkan minyak, ada pasir kerang lagi dan arang batok kelapa. Jadi dua tahap filtrasi.
“Wastafel sensor portable ini sangat praktis, efektif, efisien dan hemat air dan listrik, karena menggunakan sensor,” tuturnya.
Sementara itu Guru Pembimbing Wiwin menyampaikan terimakasih dan apresiasi kepada semua pihak yang telah membantu terutama Kepala SMP N 1 Sanggau, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Sanggau juga Pemda Sanggau.
“Ide ini muncul dari gerakan bawa bekal yang terkoneksi dengan dinas kesehatan dengan gerakan cuci tangan, nah sekolah kami sudah ada wastafel tapi tidakn imbang dengan jumlah siswanya sehingga membuat antri dan terlambat masuk kelas,”ungkap Wiwin
Sehingga ada ide dan itu muncul di forum karya ilmiah yang ada di sekolah ini, alasan –alasan itulah yang membuat anak-anak berfikir kritis mulai dari hal yang sederhana yang bisa aplikatif di masyarakat.
“Apalagi ini terkait dengan program sanitasi disekolah, dimana sanitasi itu terkait dengan kesehatan pribadi dan warga sekolah secara keseluruhan,”pungkasnya.
Penulis: Darman
Editor: Redaksi