Walikota Pontianak klarifikasi insiden hari Tari Sedunia
Pontianak (Suara Kalbar) – Alih-alih memperingati Hari Tari Sedunia, acara yang diprakarsai oleh salah satu fakultas Universitas Negeri di Kota Pontianak pada Senin 29 April 2019 di Taman Digulis Kota Pontianak, keributan akibat salah satu pengisi acara yang menampilkan sebuah tarian menjadi viral dimedia sosial.
Tarian yang dianggap vulgar lantas diupload di salah satu laman salah satu media sosial itu menjadi sorotan masyarakat.
Video tarian berdurasi 7 detik tersebut menampilkan gerakan yang menggunakan balutan kostum kain putih dengan dada dan perut terbuka yang dibawakan oleh beberapa anak muda mendapat reaksi beberapa netizen dengan beragam komentar.
Seperti yang diupload Dimas Madar Lpi pada hari Senin pukul 22.37 Wib itu lantas diupload ulang oleh Alfin Abdillah sekitar pukul 12.00 Wib.
Seperti yang dikomentari oleh Weby, ia berkomentar mempertanyakan tarian apa jenis seperti itu.
“Joget seperti apa itu, untung dah kenak bubarkan kalo tadak lanjut tu,” komentar Weby di laman Facebook Mempawah News Info.
Menanggapi hal itu, Walikota Pontianak Edi Rusdi Kamtono mengatakan jika yang terjadi pada acara Hari Tari Sedunia di Taman Digulis murni karena kesalahpahaman.
“Bahwa kesalahpahaman akan tarian lantas direspon oleh masyarakat langsung. Karena mendengar ada keributan maka saya perintahkan Satuan Polisi Pamong Praja untuk mengamankan acara, bukan membubarkan,” ungkapnya kepada suarakalbar.co.id di Balai Petitih Kantor Gubernur Kalbar, Selasa (30/4/2019).
Menurutnya tarian yang dibawakan oleh sekelompok anak muda dengan balutan kain putih itu dianggap tak layak untuk dihadirkan didepan umum terutama dengan gaya yang dianggap kurang sopan.
“Masyarakat bisa menilai sendiri dan respon juga diberikan langsung oleh masyarakat ditempat. Tidak ada maksud saya untuk membubarkan, karena mendengar ada ribut di Taman Digulis saya perintahkan untuk mengamankan,” tegasnya.
Terkait acara, mantan Kadis PU Kota Pontianak itupun mengakui jika diberi ijin namun pihak Disporapar Kota Pontianak sama sekali tidak menyangka jika salah satu peserta ada yang mempertontonkan tarian seronok yang sama sekali tidak enak dipandang.
“Dari tarian tersebut ternyata ada yang membubarkan dari salah satu lembaga, mendengar hal itu maka saya perintahkan Satpol PP mengamankan bukan membubarkan ini yang harus diluruskan,” tuturnya.
Iapun mengaku telah mengetahui terkait kecaman yang dilakukan salah satu seniman akibat dari aksi pembubaran yang dilakukan salah satu lembaga melayu tersebut.
“Kalau ada tindakan anarkis silahkan lapor ke Polisi, tetapi untuk Satpol PP memang saya yang perintahkan untuk mengamankan karena mendengar ada keributan, bukan untuk membubarkan. Terkait kecaman saya silahkan masyarakat yang menilai,” jelasnya.
Orang nomor satu di Kota Pontianak inipun menyesalkan kejadian tersebut karena niat memperingati Hari Tani Sedunia merupakan ajang kreatifitas yang digagas Disporapar Kota Pontianak yang didukung oleh masyarakat luas.
“Seharusnya yang kita bawakan adalah tarian khas Kota Pontianak bukan tarian yang tidak mencerminkan budaya kita,” pungkasnya.
Penulis : Dina Wardoyo
Editor. : Kundori
Join channel telegram websitekami.com agar tidak ketinggalan berita loker terbaru lainnya
Join now